Selasa, 25 September 2012

CVA ( CEREBROVASKULAR ACCIDENT )


LAPORAN PENDAHULUAN
CVA (CEREBROVASKULAR ACCIDENT)


A.    TINJAUAN TEORI
1.      Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
SISTEM SARAF PUSAT
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak  dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1.      Durameter,  terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
2.      Arachnoidea mater, Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3.      Piameter, Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1.      badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2.      serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3.      sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat

1.      OTAK

otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Cerebrum (Otak Besar), Cerebellum (Otak Kecil), Brainstem (Batang Otak), Limbic System (Sistem Limbik).

a.      Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

a.       Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

b.       Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c.        Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
d.       Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.










 

 

b.      Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

c.       Brainstem (Batang Otak)

1.      Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

2.      Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

3.      Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

d.      Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.  
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci. 
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

2.      SUMSUM TULANG BELAKANG  (medula spinalis)

Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf. Sumsum tulang belakang berfungsi untuk:

-        menghantarkan impuls dari dan ke otak

-        memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.

Sirkulasi darah otak 
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsioksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi olehdua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan adalamrongga kranium, keempa arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistemanastomosis, yaitu sirkulus wilisi (Satyanegara, 1998).Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotiskomunis kira kira setinggi rawan tiroidea.
Arteri karotis interna masuk kedalamtengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kisma optikum, menjadi arteri serebrianterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudattus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalisserebri, termasuk kortes somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri mediamensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks dserebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisiyang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum,setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatumembentuk basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah,dan disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobusoksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (sylviaA. Price, 1995).
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok venainterna, yang mengumpulkan darah vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darahmkesinus sagitalis superior dan sinius-sinus basalis lateralis dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung (Harsono, 2000).

Suplai Darah Medula Spinalis
Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu:       
1)  Arteri Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis
2)  Arteri Spinalis posterior, yang juga merupakan percabangan arteri vertebralis.
Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di dalam spatum subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat di dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak.

Cairan Cerebrospinalis  (CSF)
Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan otak merupakan bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya mempertahankan tekanan  konstan dalam kranium. Cairan ini  terbentuk di Pleksus chroideus ventrikel otak, namun bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid dan ventrikel otak. Pada orang dewasa volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi  terjadi disepanjang sub arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga  yang saling berhubungan yang disebut ventrikulus cerebri  tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1) ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II, 3) ventrikulus tertius III ditengah-tengah otak, dan 4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medula oblongata.
Fungsi Cairan Otak
1.      Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala
2.      Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 – 20 mmHg
3.      Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak.

SISTEM SARAF TEPI
1)      Sistem saraf somatic/ system saraf sadar
Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar Proses yang dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu
Sistem saraf somatis terdiri atas:
a.      Saraf otak (saraf cranial), saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang.













b.      Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang . Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh.

Jumlah
Medula spinalis daerah
Menuju
7 pasang
Serviks
Kulit kepala, leher dan otot tangan
12 pasang
Punggung
Organ-organ dalam
5 pasang
Lumbal/pinggang
Paha
5 pasang
Sakral/kelangkang
Otot betis, kaki dan jari kaki
1 pasang
Koksigeal
Sekitar  tulang  ekor
2)      Sistem saraf autonom (tak sadar)
Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:
a.       Sistem saraf simpatik
b.      Sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda.
Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut :
-        Mempercepat denyut jantung
-        Memperlebar pembuluh darah
-        Memperlebar bronkus
-        Mempertinggi tekanan darah
-        Memperlambat gerak peristaltis
-        Memperlebar pupil
-        Menghambat sekresi empedu
-        Menurunkan sekresi ludah
-        Meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.
2.   Pengertian
              Stroke  atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
              Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
                 Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa  pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
    Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a.   Stroke Non Hemoragik
     Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
1.      TIA’S (Trans Ischemic Attack), Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2.      Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict), Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
3.      Stroke in Volution, Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
4.      Stroke Komplit, Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
b.   Stroke Hemoragik
     Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).




3.   Etiologi
Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1.      Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2.      Aneurisma pembuluh darah cerebral, Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3.       Kelainan jantung / penyakit jantung, Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4.      Diabetes mellitus (DM), Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
5.      Usia lanjut, Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6.      Polocitemia, Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
7.      Peningkatan kolesterol (lipid total), Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
8.      Obesitas, Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9.      Perokok, Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10.  kurang aktivitas fisik, Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
   
4.      Patofisiologi
a.       Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi selebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang adalah penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
b.      Embolisme: embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit, tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
c.       Perdarahan serebri: perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak didekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja enzim – enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari satu aneurisme.

5.      Tanda dan Gejala
            Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
            Menurut beberapa sumber tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang terkena, misalnya:
a.       Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
-        Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia
-        Afasia bila mengenai hemisfer dominant
-        Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant
b.      Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
-        hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai
-        inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
c.       Daerah arteri serebri posterior
-        Nyeri spontan pada kepala
-        Afasia bila mengenai hemisfer dominant
d.      Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:
-        Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
-        Hemiplegia alternans atau tetraplegia
-        Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil
e.       Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
-        Stroke hemisfer kanan: Hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk, mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan
-        Stroke hemisfer kiri: mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat berhati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia,  mudah frustasi

6.      Komplikasi
            Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
a.    Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
b.   Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c.    Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

7.      Pemeriksaan Diagnostik
           Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
a.    Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
b.   CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c.    Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak  sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d.   MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e.    Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f.    EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g.   Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.
h.   Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb
8.      Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a.      Penatalaksaan medis, menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1.      Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2.      Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3.         Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi. 
4.         Mekanikal Thrombbectomy
         Intervensi lain untuk stroke iskemik akut adalah pengangkatan trombus menyinggung dari secara langsung. Hal ini dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam arteri femoralis, mengarahkan ke dalam sirkulasi otak, dan menggunakan perangkat pembuka botol seperti untuk menjerat bekuan, yang kemudian ditarik dari tubuh.
5.      Ventrikulostomi
Lubang bur juga dapat digunakan untuk memasang sebuah jarum ventrikulostomi untuk melakukan drainase CSS. Indikasi pada orang dewasa adalah dimensia, nyeri kepala, perdarahan intraventrikel, atau hidrosefalus akibat perdarahan subaraknoid. Instrumentasi dan peralatan khusus yang diperlukan mencakup salah satu dari berbagai system ventrilulostomi.
-          Dibuat lubang-lubang bur bilateral dan dipasang selang drainase ventrikel di ventrikel lateral.
-          Ujung-ujung drain dikeluarkan melalui luka tembus yang terpisah dan dihubungkan dengan system pengumpul eksternal.
-          Di bawah dura dapat dipasang sebuah peralatan pemantau tekanan intrakranium.

b.      Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Memberi Posisi pada kepala dan badan atas 20-30 derajat, memberi posisi miring jika muntah dan melakukan mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2.      Membebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu memberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3.      Mengusahakan tanda-tanda vital tetap stabil
4.      Menyarankan pasien untuk bed rest
5.      Mengoreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7.      Mengosongkan kandung kemih yang penuh,bila perlu lakukan kateterisasi
8.      Memberikan cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan menghindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9.      Menghindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK (Tingkatan Intra Kranial)
10.  Memberikan nutrisi per oral jika fungsi menelan baik. Melakukan pemasangan  NGT jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan.




















DAFTAR PUSTAKA

Anonim(2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke. From:  http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-stroke/. Diakses Tanggal 16 Oktober 2011.

Carpenito, Lynda Juall. 2007.  Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

Doenges, M.E, Marry, F.M and Alice, C.G.  2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit buku kedokteran ECG.

Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis.2005.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif.2005. Asuhan Keperwatan dengan Klien Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzane C & Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Sudarth Ed.  8 .Vol 3. Jakarta : ECG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar