LAPORAN PENDAHULUAN
CVA (CEREBROVASKULAR ACCIDENT)
A. TINJAUAN TEORI
1.
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Saraf
SISTEM SARAF PUSAT
Sistem saraf pusat (SSP)
meliputi otak dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Ketiga lapisan membran meninges
dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Durameter, terdiri dari dua lapisan, yang terluar
bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai
duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala
dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater,
Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam
cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput
arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan
mekanik.
3. Piameter, Lapisan terdalam yang
mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak
dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. badan
sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut
saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel
neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat
1. OTAK
otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Cerebrum (Otak Besar), Cerebellum (Otak Kecil), Brainstem (Batang Otak), Limbic System (Sistem Limbik).
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
b.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
d.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual
yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap oleh retina mata.
b. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
c. Brainstem (Batang Otak)
1. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
2. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
3. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
d. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah
otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa
latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain
hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik
berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah
Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu
mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak
Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena
Anda punya hubungan emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika
Anda membenci seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal
ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda
benci.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi
yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau
tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung
menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif,
yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus
lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi
semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
2. SUMSUM TULANG BELAKANG (medula spinalis)
Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf. Sumsum tulang belakang berfungsi untuk:
- menghantarkan impuls dari dan ke otak
- memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.
Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsioksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi olehdua pasang arteri yaitu
arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan adalamrongga kranium, keempa
arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistemanastomosis, yaitu
sirkulus wilisi (Satyanegara, 1998).Arteri karotis interna dan eksterna
bercabang dari arteri karotiskomunis kira
kira setinggi rawan tiroidea.
Arteri karotis interna masuk kedalamtengkorak dan bercabang kira-kira
setinggi kisma optikum, menjadi arteri serebrianterior
dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti nukleus kaudattus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,korpus
kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalisserebri, termasuk kortes somestetik dan korteks
motorik. Arteri serebri mediamensuplai darah untuk lobus temporalis,
parietalis, dan frontalis korteks dserebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan
berasal dari arteria subklavia sisiyang sama. Arteri vertebralis memasuki
tengkorak melalui foramen magnum,setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini bersatumembentuk basilaris, arteri
basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah,dan disini bercabang
menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobusoksipitalis
dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (sylviaA. Price,
1995).
Darah vena dialirkan dari otak melalui
dua sistem : kelompok venainterna, yang mengumpulkan darah vena galen dan sinus
rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak dipermukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darahmkesinus sagitalis superior dan sinius-sinus basalis lateralis
dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung (Harsono,
2000).
Suplai Darah Medula Spinalis
Medula spinalis mendapat dua suplai
darah dari dua sumber yaitu:
1)
Arteri Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis
2)
Arteri Spinalis posterior, yang juga merupakan percabangan arteri
vertebralis.
Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak
anastomosis sehingga merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla
spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama
arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang terdapat pada permukaan
otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di dalam spatum
subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat di
dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak.
Cairan Cerebrospinalis (CSF)
Cairan cerebrospinalis atau banyak
orang terbiasa menyebutnya cairan otak merupakan bagian yang penting di dalam
SSP yang salah satu fungsinya mempertahankan tekanan konstan dalam kranium. Cairan ini terbentuk di Pleksus chroideus ventrikel
otak, namun bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid dan ventrikel otak.
Pada orang dewasa volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan dalam produksi dan
absorbsi. Absorbsi terjadi disepanjang
sub arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga yang saling berhubungan yang disebut
ventrikulus cerebri tempat pembentukan
cairan ini yaitu: 1) ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2)
ventrikulus lateralis II, 3) ventrikulus tertius III ditengah-tengah otak, dan
4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medula oblongata.
Fungsi Cairan Otak
1.
Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala
2.
Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 – 20 mmHg
3.
Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak.
SISTEM SARAF TEPI
1)
Sistem saraf somatic/ system saraf
sadar
Sistem saraf somatis
disebut juga dengan sistem saraf sadar Proses yang dipengaruhi saraf sadar,
berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan
bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika kita
mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak
menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan
mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu
Sistem saraf somatis terdiri atas:
a.
Saraf
otak (saraf cranial), saraf otak terdapat
pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada
tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang.
b.
Saraf sumsum tulang
belakang (saraf spinal), saraf sumsum tulang
belakang berjumlah 31 pasang . Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk
meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls
dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh.
Jumlah
|
Medula spinalis daerah
|
Menuju
|
7 pasang
|
Serviks
|
Kulit kepala, leher dan otot
tangan
|
12 pasang
|
Punggung
|
Organ-organ dalam
|
5 pasang
|
Lumbal/pinggang
|
Paha
|
5 pasang
|
Sakral/kelangkang
|
Otot betis, kaki dan jari kaki
|
1 pasang
|
Koksigeal
|
Sekitar tulang ekor
|
2)
Sistem saraf
autonom (tak sadar)
Sistem saraf autonom merupakan bagian
dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara
otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti
otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut
fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:
a.
Sistem saraf simpatik
b.
Sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik
bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ.
Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda.
Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah sebagai berikut :
-
Mempercepat denyut jantung
-
Memperlebar pembuluh darah
-
Memperlebar bronkus
-
Mempertinggi tekanan darah
-
Memperlambat gerak peristaltis
-
Memperlebar pupil
-
Menghambat sekresi empedu
-
Menurunkan sekresi ludah
-
Meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik
berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik
akan memperlambat denyut jantung.
2.
Pengertian
Stroke atau cedera
cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut
Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian stroke
adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau
penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan
serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak.
Stroke
diklasifikasikan menjadi dua :
a.
Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan
peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan
kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala,
mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik
(Wanhari, 2008).
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan penyakitnya, yaitu :
1. TIA’S (Trans Ischemic Attack), Yaitu
gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala
akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Rind (Reversible Ischemic Neurologis
Defict), Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
3. Stroke in Volution, Stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan
bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa
hari.
4. Stroke Komplit, Gangguan neurologist
yang timbul bersifat menetap atau permanent.
b.
Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang
ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid.
Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat,
gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
3.
Etiologi
Ada
beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh
aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh
darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral, Adanya kelainan pembuluh darah yakni
berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain.
Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung, Paling banyak dijumpai pada pasien
post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan
menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping itu
dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM), Penderita DM berpotensi mengalami
stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga
memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler
sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah
serebral.
5. Usia lanjut, Pada usia lanjut terjadi proses
kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6. Polocitemia, Pada policitemia viskositas darah
meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total),
Kolesterol
tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus
dari lemak.
8. Obesitas, Pada obesitas dapat terjadi
hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok, Pada perokok akan timbul plaque pada
pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik, Kurang aktivitas fisik dapat juga
mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah
menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
4.
Patofisiologi
a. Trombosis
(penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling sering.
Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi selebral adalah penyebab
utama trombosis selebral, yang adalah penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.
Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa
awitan umum lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara
tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau
hari.
Trombosis
terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah
akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada
lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan
berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi
sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat –
tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus
tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang
makin jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat
terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim,
adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit
dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan
akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
b. Embolisme:
embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga
masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung.
Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari plak
ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak
dapat mengalami embolisme, tetapi biasanya embolus akan menyumbat bagian –
bagian yang sempit, tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah
arteria sereberi media, terutama bagian atas.
c. Perdarahan
serebri: perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama
kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua
kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid,
sehingga jaringan yang terletak didekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah
ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada
arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper
otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah
akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang
terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.
Karena kerja enzim – enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk
suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh
astrosit dan kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang
mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau
gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari
satu aneurisme.
5.
Tanda dan Gejala
Menurut
Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala
penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan
atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau
pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua
mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara
tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat,
tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan
hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Menurut
beberapa sumber tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan
luasnya daerah otak yang terkena, misalnya:
a. Daerah
arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
-
Hemiplegia kontralateral yang
disertai hemianesthesia
-
Afasia bila mengenai hemisfer
dominant
-
Apraksia bila mengenai hemisfer non
dominant
b. Daerah
arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
-
hemiplegia dan hemianesthesia
kontralateral terutama tungkai
-
inkontinensia urin, afasia, atau
apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
c. Daerah
arteri serebri posterior
-
Nyeri spontan pada kepala
-
Afasia bila mengenai hemisfer
dominant
d. Daerah
vertebra basiler akan menimbulkan:
-
Sering fatal karena mengenai
pusat-pusat vital di batang otak
-
Hemiplegia alternans atau
tetraplegia
-
Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan
otot mata, kesulitan menelan, emosi labil
e. Apabila
dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
-
Stroke
hemisfer kanan: Hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk,
mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh
ke sisi yang berlawanan
-
Stroke hemisfer kiri: mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat
dan sangat berhati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia
global, afasia, mudah frustasi
6.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
a. Hipoksia serebral, diminimalkan
dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada
ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen
dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan
membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral,
bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah
serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas
darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim
perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi
setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup
jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal.
Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Doenges dkk, 1999)
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
a.
Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/
ruptur.
b.
CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
c.
Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya
ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient
Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan
intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan
dengan adanya proses inflamasi.
d.
MRI (Magnetic
Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik,
dan malformasi arteriovena.
e.
Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit
arteriovena.
f.
EEG (Electroencephalography):
mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g.
Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada thrombosis serebral.
h.
Laboratorium: mengarah pada
pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas
darah, gula darah dsb
8.
Penatalaksanaan Medis dan
Keperawatan
a. Penatalaksaan medis, menurut menurut Smeltzer &
Bare (2002) meliputi:
1. Diuretik untuk menurunkan edema
serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
serebral.
2. Antikoagulan untuk mencegah
terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler.
3.
Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
4.
Mekanikal Thrombbectomy
Intervensi
lain untuk stroke iskemik akut adalah pengangkatan trombus menyinggung dari
secara langsung. Hal ini dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam arteri
femoralis, mengarahkan ke dalam sirkulasi otak, dan menggunakan perangkat
pembuka botol seperti untuk menjerat bekuan, yang kemudian ditarik dari tubuh.
5. Ventrikulostomi
Lubang bur juga dapat digunakan untuk memasang
sebuah jarum ventrikulostomi untuk melakukan drainase CSS. Indikasi pada orang
dewasa adalah dimensia, nyeri kepala, perdarahan intraventrikel, atau
hidrosefalus akibat perdarahan subaraknoid. Instrumentasi dan peralatan khusus
yang diperlukan mencakup salah satu dari berbagai system ventrilulostomi.
-
Dibuat lubang-lubang
bur bilateral dan dipasang selang drainase ventrikel di ventrikel lateral.
-
Ujung-ujung drain
dikeluarkan melalui luka tembus yang terpisah dan dihubungkan dengan system
pengumpul eksternal.
-
Di bawah dura dapat
dipasang sebuah peralatan pemantau tekanan intrakranium.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memberi
Posisi pada kepala dan badan atas 20-30 derajat, memberi posisi miring jika
muntah dan melakukan mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Membebaskan
jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu memberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
3. Mengusahakan
tanda-tanda vital tetap stabil
4. Menyarankan
pasien untuk bed rest
5. Mengoreksi
adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Mengosongkan
kandung kemih yang penuh,bila perlu lakukan kateterisasi
8. Memberikan
cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan menghindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Menghindari
kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan
TIK (Tingkatan Intra Kranial)
10. Memberikan
nutrisi per oral jika fungsi menelan baik. Melakukan pemasangan NGT jika kesadaran menurun atau ada gangguan
menelan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim(2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke. From: http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-stroke/. Diakses Tanggal 16 Oktober 2011.
Blog PPNI
Klaten(2009). Stroke. From: http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=72:stroke&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66. Diakses Tanggal 16 Oktober 2011.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC
Doenges, M.E, Marry, F.M and Alice,
C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit buku kedokteran ECG.
Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis.2005.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Hidayat, A. Aziz
Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif.2005. Asuhan Keperwatan dengan Klien Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Price,
Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzane C & Bare Brenda
G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Bruner
& Sudarth Ed. 8 .Vol 3. Jakarta
: ECG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar