Selasa, 25 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA TESTIS


ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KANKER TESTIS

  1. Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel – sel ganas didlam testis yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum.
  1. Etiologi
Penyebab kanker testis belum diketahui namun tercatat beberapa factor resiko. Kegagalan penurunan testis kedalam skrotum (kriptorkidisme atau undesensustestis) aka meningkatkan resiko berkembangnya kanker testis kular hingga beberapa kali lipat. Testis yang tidak turun dan menetap dalam abdomen memilki resiko kanker testiskular yang lebih tinggi daripada yang tertahan dalam kanalis inguinalis. Adapun disebut Sindrom Klinefelter yaitu suatu keadaan yang berkaitan dengan peningkatan resiko berkembangnya kanker testis.
  1. Epidemiologi
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35 tahun. Insiden meningkat perlahan setelah 40 tahun
  1. Klasifikasi
Terdapat 2 kelompok besar tumor testicular yaitu
o   Tumor sel GCT (germinal) yang berasal dari sel-sel yang memproduksi sperma dan dibatasi oleh tubulus seminefirus dengan jumlah 95%
o   Sex cord tumor yang berasal dari sel-sel penunjang testis spesialis maupun yang non spesialis dengan jumlah kurang dari 5%
Berdasarkan sumber lain dari Internet, kanker testis dikelompokkan menjadi:
o   Seminoma: 30-40 % dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria usia 30-40 tahun dan terbatas pada testis
o   Non seminoma: Merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi lagi menjadi beberapa subkatagori:
-          Karsinoma Embrional: Sekitar 20 % dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati
-          Tumor yolk sac: Sekitar 60 % dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.
-          Teratoma: Sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40 % pada anak laki-laki
-          Tumor sel stroma: Tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel granulosa. Tumor ini merupakan 3-4%dari semua jenis tumor testis. Tumor bisa menghasilakan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kaker testis yaitu ginekomastia

Kanker testis memiliki 6 stadium yaitu
·         I           : Terbatas pada testis
·         II         : mengenai testis dan kelenjar limfe retroperitoneal
·         IIa       : kelenjar getah bening kurang dari 2 cm
·         IIb       : kelenjar getah bening 2-5 cm
·         IIc       : kelenjar getah bening lebih dari 5 cm
·         III        : metastasis jauh










  1. Patofisiologi
Krg pngetahan
 






  1. Gejala
    • Testis membesar atau teraba aneh(tidak seperti biasanya)
    • Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
    • Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
    • Ginekomastia
    • Rasa tidak nyaman/rasa nyeridi testis atau skrotum terasa berat

  1. Terapy
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya.
Selanjutnya ditentukan stadiumnya:
 ·  Stadium I : kanker belum menyebar ke luar testis
 ·  Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
 ·  Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
1.Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi
2.Terapi penyinaran : menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
3.Kemoterapi : digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
4.Pencangkokan sumsum tulang : dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.

Tumor seminoma
-     Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
-    Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi dengan sisplastin
-     Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Tumor non-seminoma:
-Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut
- Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
- Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.

Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).

  1. Pemariksaan fisik
Inspeksi:
                  Ukuran, bentuk, warna, lesi skrotum, push, ada perdarahan atau tidak
Palpasi:
Ada masa atau tidak, ada tidaknya nyeri tekan   

9.   Pemeriksaan penunjang
·  USG skrotum
·  Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
·  Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
 ·  CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
·  Biopsi jaringan.

B.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Ds  :
o   Px mengatakan ada benjolan pada alat kelaminnya
o   Px mengatakan skrotum terasa sesak
o   Px mengeluh nyeri pada skrotum
Do :
    • Pasien tampak meringis pada saat dilakukan palpasi
    • Pada pemeriksaan hormon human karionikotropin dan  gonad
    • Terdapat jerawat atau kutil pada penis pasien
    • Dari penis pasien keluar darah
2. Diagnosa Keperawatan
1)            Ggn. Rasa nyaman (nyeri) b.d. ada benjolan pada skrotum ditandai dengan px tampak     meringis
2)            Resiko perubahan pola eleminasi urine b.d. penekanan pada tubulus seminiferus
3)            HDR
4)            PK sindrom neuroleptik malignan
5)            Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada daerah peritoneal
6)            Gangguan citra tubuh b.d. penyakit yang dialami
7)            Ansietas b.d kurang nya informasi ditandai dg kurangnya pengetahuan terhadap proses penyakit









3. Perencanaan
No Diagnosa
Tujuaan
Kriteria hasil
Intervensi
rasional
1
agar pasien tidak merasa nyeri
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri yang dirasakan berkurang dengan kriteria pasien tidak meringis lagi
§ Kaji nyeri



§ Ajarkan tehnik relaksasi


§ kolaborasi pemberian analgesik
§  untuk mengetahi tingkat nyeri
§ tehnik ralaksasi dapat mengurani rasa yeri
§ dapat mengrangi rasa nyeri
2
Agar pasien dapat berkemih dg normal
Volume intake sama dg out take
§ perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine





§ kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau

§ kolaborasi pemasangan kateter bila diidentifikasi/bila pasien tidak mampu berkemih atau tidak nyaman


§ dapat mengidentifikasi retensi urine bila berkemih dg sering dalam jumlah sedikit(kurang)
§ menandakan adanya resiko infeksi




§ U/ mengosongkan kantung kemih
3
Agar percaya diri pasien kembali














Setelah diberikan tindakan keperawatan percaya diri pasien kembali dengan kriteria pasien bisa bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
§ kaji pengetahuan pasien mengenai kondisi dan pengobatan pnyakitnya
§ ajurkan keluarga dan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal
§ mengidentifikasi luas masalah dan perlnya intervensi

§ dapat mempertahankan harga diri dan tujuan hidup

4
Agar tidak terjadi sindrome
Neuroleptik malignan
Setelah dilakkan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami komplikasi
§ pantau tanda dan gejala post kemoterapi



§ kaji tanda-tanda vital
§ untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi  setelah kemoterapi
§ untuk mengetahui kondisi  pasien



4.   Evaluasi
    • Dx1     : Pasien tidak meringis lagi
    • Dx2     : Pasien dapat berkemih dg normal
    • Dx3     : Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
·         Dx4     : Pasien tidak mengalami komplikasi








DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Volume 2.   Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC




Tidak ada komentar:

Posting Komentar