ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KANKER TESTIS
- Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel – sel ganas didlam
testis yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di
dalam skrotum.
- Etiologi
Penyebab kanker testis belum diketahui namun tercatat
beberapa factor resiko. Kegagalan penurunan testis kedalam skrotum
(kriptorkidisme atau undesensustestis) aka meningkatkan resiko berkembangnya
kanker testis kular hingga beberapa kali lipat. Testis yang tidak turun dan
menetap dalam abdomen memilki resiko kanker testiskular yang lebih tinggi
daripada yang tertahan dalam kanalis inguinalis. Adapun disebut Sindrom
Klinefelter yaitu suatu keadaan yang berkaitan dengan peningkatan resiko
berkembangnya kanker testis.
- Epidemiologi
Usia puncak sesorang
mengidap kanker testis adalah 15-35 tahun. Insiden meningkat perlahan setelah
40 tahun
- Klasifikasi
Terdapat 2 kelompok besar tumor testicular yaitu
o
Tumor sel GCT (germinal) yang
berasal dari sel-sel yang memproduksi sperma dan dibatasi oleh tubulus
seminefirus dengan jumlah 95%
o
Sex cord tumor yang berasal
dari sel-sel penunjang testis spesialis maupun yang non spesialis dengan jumlah
kurang dari 5%
Berdasarkan sumber lain dari Internet, kanker testis
dikelompokkan menjadi:
o
Seminoma: 30-40 % dari semua
jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria usia 30-40 tahun dan terbatas
pada testis
o
Non seminoma: Merupakan 60%
dari semua jenis tumor testis. Dibagi lagi menjadi beberapa subkatagori:
-
Karsinoma
Embrional: Sekitar 20 % dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun dan
sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati
-
Tumor
yolk sac: Sekitar 60 % dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.
-
Teratoma:
Sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40 % pada anak laki-laki
-
Tumor
sel stroma: Tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel
granulosa. Tumor ini merupakan 3-4%dari semua jenis tumor testis. Tumor bisa
menghasilakan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kaker
testis yaitu ginekomastia
Kanker testis memiliki 6
stadium yaitu
·
I : Terbatas pada testis
·
II : mengenai testis dan kelenjar limfe retroperitoneal
·
IIa : kelenjar getah bening kurang dari 2 cm
·
IIb : kelenjar getah bening 2-5 cm
·
IIc : kelenjar getah bening lebih dari 5 cm
·
III : metastasis jauh
- Patofisiologi
|
- Gejala
- Testis membesar atau teraba aneh(tidak seperti biasanya)
- Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
- Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
- Ginekomastia
- Rasa tidak nyaman/rasa nyeridi testis atau skrotum terasa berat
- Terapy
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya
penyakit.Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jenis sel kankernya.
Selanjutnya ditentukan stadiumnya:
Selanjutnya ditentukan stadiumnya:
· Stadium I
: kanker belum menyebar ke luar testis
· Stadium
II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
· Stadium III :
kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau
paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa
digunakan:
1.Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi
dan pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi
2.Terapi penyinaran : menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar
energi tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor
non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
3.Kemoterapi : digunakan obat-obatan
(misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
4.Pencangkokan sumsum tulang : dilakukan
jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
- Stadium I diobati dengan orkiektomi dan
penyinaran kelenjar getah bening perut
- Stadium II diobati dengan orkiektomi,
penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi dengan sisplastin
- Stadium III diobati dengan orkiektomi dan
kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
-Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan
kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut
- Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
- Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
- Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
- Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker
testis sebelumnya, diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin
dan etoposid atau vinblastin).
- Pemariksaan fisik
Inspeksi:
Ukuran,
bentuk, warna, lesi skrotum, push, ada perdarahan atau tidak
Palpasi:
Ada masa atau
tidak, ada tidaknya nyeri tekan
9. Pemeriksaan
penunjang
· USG
skrotum
· Pemeriksaan darah
untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
· Rontgen dada (untuk
mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
· CT scan perut (untuk mengetahui
penyebaran kanker ke organ perut)
· Biopsi jaringan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Ds :
o
Px
mengatakan ada benjolan pada alat kelaminnya
o
Px
mengatakan skrotum terasa sesak
o
Px
mengeluh nyeri pada skrotum
Do :
- Pasien tampak meringis pada saat dilakukan palpasi
- Pada pemeriksaan hormon human karionikotropin dan gonad
- Terdapat jerawat atau kutil pada penis pasien
- Dari penis pasien keluar darah
2. Diagnosa Keperawatan
1)
Ggn.
Rasa nyaman (nyeri) b.d. ada benjolan pada skrotum ditandai dengan px
tampak meringis
2)
Resiko
perubahan pola eleminasi urine b.d. penekanan pada tubulus seminiferus
3)
HDR
4)
PK
sindrom neuroleptik malignan
5)
Intoleransi
aktivitas b.d nyeri pada daerah peritoneal
6)
Gangguan
citra tubuh b.d. penyakit yang dialami
7)
Ansietas
b.d kurang nya informasi ditandai dg kurangnya pengetahuan terhadap proses
penyakit
3. Perencanaan
No Diagnosa
|
Tujuaan
|
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
rasional
|
1
|
agar pasien tidak merasa nyeri
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri yang dirasakan
berkurang dengan kriteria pasien tidak meringis lagi
|
§ Kaji nyeri
§ Ajarkan tehnik relaksasi
§ kolaborasi pemberian analgesik
|
§ untuk mengetahi tingkat nyeri
§ tehnik ralaksasi dapat mengurani rasa
yeri
§ dapat mengrangi rasa nyeri
|
2
|
Agar pasien dapat berkemih dg normal
|
Volume intake
sama dg out take
|
§ perhatikan pola berkemih dan awasi
keluaran urine
§ kaji karakteristik urine, perhatikan
warna, kejernihan dan bau
§ kolaborasi pemasangan kateter bila
diidentifikasi/bila pasien tidak mampu berkemih atau tidak nyaman
|
§ dapat mengidentifikasi retensi urine
bila berkemih dg sering dalam jumlah sedikit(kurang)
§ menandakan adanya resiko infeksi
§ U/ mengosongkan kantung kemih
|
3
|
Agar percaya diri pasien kembali
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan percaya diri pasien kembali dengan
kriteria pasien bisa bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
|
§ kaji pengetahuan pasien mengenai
kondisi dan pengobatan pnyakitnya
§ ajurkan keluarga dan orang
terdekat memperlakukan pasien secara normal
|
§ mengidentifikasi luas masalah
dan perlnya intervensi
§ dapat mempertahankan harga diri dan
tujuan hidup
|
4
|
Agar tidak terjadi sindrome
Neuroleptik malignan
|
Setelah dilakkan tindakan keperawatan pasien
tidak mengalami komplikasi
|
§ pantau tanda dan gejala post
kemoterapi
§ kaji tanda-tanda vital
|
§ untuk mengetahui komplikasi yang
dapat terjadi setelah kemoterapi
§ untuk mengetahui kondisi pasien
|
4. Evaluasi
- Dx1 : Pasien tidak meringis lagi
- Dx2 : Pasien dapat berkemih dg normal
- Dx3 : Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
·
Dx4 : Pasien tidak mengalami komplikasi
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddart. 1996. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylynn E. Dkk.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prince, Sylvia A. &
Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi.
Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar